Sekarang udah tahun 2017, tapi emang gak ada bedanya bagi gue. Keluarga gue secara pribadi nggak merayakan tahun baru kayak mungkin orang-orang pada umumnya. Gak ada itu malem tahun baru keluar jalan-jalan, apalagi kita tau bakal macet banget di mana-mana hahaha biasanya sih tahun baru kita di rumah aja leyeh-leyeh. Kayak nggak ada bedanya hari ini dan besok, hanya beda di penulisan tanggal aja. Terlepas dari hal itu, gue mau me-review sedikit mengenai tahun 2016, bukan sebagai sebuah pergantian tahun, tapi lebih kepada merangkum kehidupan akademis-non akademis gue. Kenapa? Karena kalau gue bisa bilang, BEM itu bener-bener jadi hal besar yang mengisi hari-hari gue dan biasanya itu berlangsung selama satu tahun untuk tiap periodenya. Jadi ketika tahun ini berakhir, berakhir pula kehidupan BEM gue sekaligus adanya pergantian kehidupan akademis. Penekanannya lebih ke hal itu sih hahaha.
Looking back to 2016, gue merasa melewati banyak hal besar di kehidupan gue. Relate nya memang lebih ke kehidupan perkuliahan gue sih karena memang kehidupan di kampus memakan effort dan waktu yang gue miliki. Dari situ gue juga banyak menemukan hal-hal yang mungkin sebelumnya belum pernah gue rasakan di masa TK, SD, SMP, atau SMA.
Pertama, gue bersyukur bisa 'kecemplung' di dunia kompetisi keilmuan Psikologi. Selama tiga tahun kuliah hampir gue bisa bilang gue gak punya prestasi apa-apa. Maka dari itu di tahun 2016 gue memberanikan diri mencoba ikut lomba cerdas cermat. Lomba pertama yang gue ikuti adalah Psycompilation Universitas Maranatha Bandung. Gue inget banget waktu itu gue sangat ragu mau daftar seleksi atau enggak, gue curhat ke Isol yang kebetulan jadi Kadept PdanK juga. Gue yakin sih dia meng-encourage gue karena ada motif lain: mensukseskan prokernya. Hahaha nggak deng, gue bercanda. Akhirnya gue ambil keputusan itu, nyoba seleksi. Dan hasilnya... gue lolos sebagai salah satu perwakilan UI ke lomba itu. Gue berlatih berbulan-bulan, it was stressful as hell yet so fun. Temen-temen sesama kontingen emang kebetulan anak-anaknya 'cabe' banget jadi latihan capek tapi selalu ada unsur lucunya.
Finally that day has come. Long story short, I did and I lost. Gue sedih banget. Down banget hahaha gue gak pernah kayaknya se-down itu dalam beberapa tahun terakhir. Gue nangis sambil peluk-pelukan bareng tim gue dan tim A juga. Gue diliatin sama banyak peserta dari universitas lain. Gue keluar dari ruangan dan sempet menjauh untuk menenangkan diri. Di tim gue gak ada yang sebegininya kecuali gue hahaha. Gue semakin stres ketika tim A yang menang juara 1, I was happy for them but I felt more burden on my shoulder. Gue pulang ke Jakarta dengan perasaan sedih yang gak hilang-hilang hampir seminggu atau dua minggu. Bahkan momen-momen ketika gue lomba, pengumuman, dan gue kalah, kadang masih suka flashing di beberapa minggu kemudian. Gue mencoba mencari banyak 'faktor' kenapa gue begini. Salah satunya adalah gue merasa lomba ini terlalu 'besar' bagi gue yang pertama kali terjun ke kompetisi cerdas cermat. Psycompilation bisa dibilang kayak lomba yang paling bergengsi dari seluruh lomba cerdas cermat lainnya. Soalnya susah banget dan pesertanya hampir dari seluruh Indonesia. Ya, itu terdengar seperti pembenaran aja sih untuk comforting diri gue sendiri hahaha.
Beberapa bulan kemudian ada seleksi lomba serupa yang diadakan oleh Psikologi Undip, namanya Psychobig. Gue yang masih ingin 'balas dendam' atas kekalahan kemaren, akhirnya mengikuti seleksi lagi. Sebenernya di awal gue merasa agak nggak yakin karena lombanya tahun ini bentrok banget sama Psycamp, proker BEM yang udah 3 tahun gak pernah gue ikutin dan sebenarnya gue udah janji sama diri sendiri mau ikut tahun ini. Tapi akhirnya gue tetep mencoba seleksi dulu dan... hasilnya gue tidak lolos. Gue sedih banget karena gue merasa gue dulu aja bisa kok lolos Marnat, kenapa ini gak lolos? Gue nggak beneran pinter ya sebenernya? Tapi nggak lama kemudian gue juga merasa lega, karena gue tau ini rencana Allah yang pasti lebih baik. Allah mungkin tau gue seharusnya punya tanggung jawab lain yaitu dateng Psycamp (sebagai TI BEM). Akhirnya gue tidak diloloskan di sini. Oh ya, gue berjanji sama diri gue sendiri juga kalo gue akan 'menyerah', gak akan ikut lomba cerdas cermat selanjutnya yaitu Psyferia di Unpad karena gue sudah merasa pengalaman ini cukup.
Tapi ternyata gak segampang itu 'melepaskan'... #yha #baper
Beberapa minggu kemudian mulai muncul jarkom seleksi buat kontingen Psyferia, dan gue mulai kepikiran. Gue ada keinginan ikut, tapi ada perasaan trauma juga. Takut kalah lagi, takut nangis lagi, dan takut-takut lainnya. Gue bodo amat aja sama jarkom ini sekitar beberapa hari atau beberapa minggu. Tapi akhirnya... seminggu menjelang hari H seleksi, gue pun memberanikan download dan baca-baca buku referensi seleksi yang dikasih sama PdanK. Gue gak cerita ke siapa-siapa tentang ini karena gue merasa ga perlu cerita. Gue baru akan cerita ketika gue akhirnya beneran lolos seleksi. Gue belajar sebisanya, dan mengandalkan juga ingatan dari drilling Marnat. Waktu seleksi pun, gue ngerasa banyak yang gue kerjain ngasal atau seadanya, tapi entah kenapa di situ gue sangat berharap dan yakin bisa lolos. Tapi di sisi lain gue juga mulai menumbuhkan keikhlasan dalam diri gue seandainya gue tidak lolos.
But Allah is Great, ternyata gue lolos! Gue seneng banget dan gue bener-bener mencoba memperbaiki diri gue di lomba kali ini. Gue mencoba belajar lebih semangat, gue mencoba lebih rajin dalam ngerangkum. Ada masa-masa di mana gue harus ngejar deadline rangkuman, bikin gue memanfaatkan waktu sesedikit mungkin untuk buka laptop dan ngerangkum. Tapi gilanya, ini bersamaan dengan paruh 2 BEM berjalan serta semester 7. Gue harus juggling between these dan ya, gue stress lagi. Gue anak yang cukup kompetitif, dan kalo gue lihat tim A lebih 'maju' daripada gue ataupun tim gue, gue bisa anxious banget hahahaha. Kecemasan itu bisa punya dua dampak bagi gue: gue jadi lebih rajin karena gak mau kalah, atau gue bisa nangis karena gue ngerasa 'kenapa gue masih tertinggal terus padahal usaha gue udah mati-matian kayak gini'.
Puncaknya adalah seminggu sebelum Psyferia, yaitu pas gue Psycamp. Selama tiga hari Psycamp gue ga punya akses ke dunia luar karena hp gue di sana gak dapet sinyal. Pulang-pulang pas di jalan udah dapet sinyal, grup-grup LINE gue rame karena ternyata kedua tim yang jadi kontingen di Psychobig menang juara 1 dan 2! Gila, ini bener-bener tekanan banget buat gue karena akan malu-maluin ketika minggu depan di Psyferia gak ada yang juara. Udah banyak prestasi orang-orang lain untuk mengharumkan nama Psikologi UI, dan gue ga mau menjatuhkan euforia prestasi ini. Pulang Psycamp, gue kepikiran banget sampe di tronton gue baca rangkuman. Sampe kampus gue curhat sampe bercucuran air mata untuk melepaskan tension dalam diri gue. Lega nangisnya, gue pulang dengan 'semangat membara' untuk mempersiapkan diri sampai seminggu ke depan.
That day has come again, and long story short, my team won! First place!
I was beyond happy when they announced the winners. Emang sih mungkin gue nggak seperti orang-orang lain yang udah sering ikut lomba dan juara-juara terus, but who cares?! Yang lebih bikin meaningful sebenarnya bukan meraih juaranya. Tapi gue merasa lega bisa 'membayar' hutang gue sebelum gue lulus: gue ingin bisa menang sesuatu sebelum gue lulus. Gue ingin menorehkan prestasi untuk kampus ini. Dan yang terpenting, gue menang atas diri gue sendiri. Gue berhasil mengalahkan rasa 'tidak berani' dalam diri gue yang selama ini pernah membatasi gue di hal ini. Gue berhasil mengalahkan keraguan-keraguan. Gue berhasil menekan perasaan 'takut kalah lagi'. Gue belajar bahwa semua itu sebenarnya tempat belajar. Bukan semata-mata hanya untuk menang atau kalah. Yang penting usaha dan berdoa :) Bahkan sekarang gue merasa sedikit menyesal karena baru ikut lomba cerdas cermat di tingkat 3 dan 4, padahal gue merasa ini cocok banget sama gue meskipun stressful hahaha.
Dan kata-kata ini menjadi relevan sekali dalam hidup gue:
It's better to take the chance then fail than never try at all.
Comments
Post a Comment