Saya merasa belum pernah menjadi teman yang baik untuk teman-teman saya. Coba kenapa?
Kadang-kadang, saya lupa untuk membalas chat mereka. Jujur, beberapa kali saya menghindari membalas chat mereka secepatnya karena saya sedang mengerjakan sesuatu yang cukup menyita atensi saya. Saya memilih untuk menundanya karena saya tidak ingin menjawab chat dengan balasan yang terkesan tidak niat. Sayangnya, kemudian saya lupa untuk membalas chat tersebut. Menyebalkan, bukan?
Saya juga masih sering lupa ulang tahun teman-teman saya ketika mereka ingat ulang tahun saya. Bukannya mencoba memberi pembenaran, tapi memang inilah kenyataannya. Saya tidak mudah menghafal tanggal lahir teman-teman saya. Sejak masuk SMA, terlalu banyak informasi yang masuk ke dalam kepala saya, sehingga tanggal lahir teman-teman menjadi tidak terlalu mudah diakses di memori saya. Namun, di saat saya ulang tahun, saya juga jadi sedih ketika teman yang saya anggap baik selama ini, ternyata tidak mengucapkan apa-apa. Terdengar egois, ya?
Ketika teman saya ingin cerita, beberapa kali saya bingung mau merespon seperti apa. Perlukah saya ikut-ikutan baper? Perlukah saya memberi saran yang comforting? Perlukah saya memberikan saran yang nyeleneh, sakit, menampar, tapi lebih memperluas pandangan? Atau, perlukah saya diam, karena saya percaya tidak semua orang yang bercerita ingin diberikan solusi. Sesederhana ingin cerita saja. Beberapa kali mungkin saya memberikan respon yang tidak sesuai di kondisi tertentu.
Masih banyak hal lain yang membuat saya bingung untuk menilai diri saya sebagai teman yang baik atau bukan. Saya juga tidak tahu bagaimana definisi a good friendship yang orang-orang katakan. Definisi yang dibuat tergantung bagaimana pengalaman mereka membentuk pemikiran mereka pula, kan?
Pada postingan kali ini, saya hanya ingin menyampaikan maaf kepada teman-teman saya. Untuk segala hal yang pernah saya perbuat atau tutur kata yang pernah menyakiti. Percayalah, saya tidak sempurna. Mohon maaf jika ekspektasi kalian terhadap saya sebagai teman, belum bisa saya penuhi. Sesungguhnya, saya mencoba untuk membahagiakan kalian juga. Saya ingin tetap berteman dengan kalian, bagaimana pun keadaannya.
Maaf jika belum bisa meluangkan waktu yang banyak untuk kalian. Semakin bertambahnya usia, saya sadar semua semakin punya kegiatan masing-masing, sibuk mengeksplor segala hal di sekitar saya, di sekitarmu, di sekitar kita. Saya berusaha menyeimbangkannya. Saya, kamu, kita, punya peran yang majemuk. Peran-peran tersebut memberi 'tugas' yang harus dipenuhi, kan?
Semoga kalian bisa memahami, ketika saya tidak bisa memenuhi sesuatu, bukan berarti saya tidak menganggap penting kalian lagi, tapi mungkin saya sedang memenuhi tugas saya pada peran yang lain. Semoga kalian selalu menjadi tempat saya 'pulang'.
Dan juga, semoga saya bisa memahami, ketika kalian tidak bisa memenuhi sesuatu, bukan berarti kalian tidak menganggap saya penting lagi, tapi mungkin kalian sedang memenuhi tugas kalian pada peran yang lain. Semoga saya juga selalu menjadi tempat kalian 'pulang'.
(postingan ini dibuat tanpa mengecek kembali alur pikiran dan pemilihan kata)
Kadang-kadang, saya lupa untuk membalas chat mereka. Jujur, beberapa kali saya menghindari membalas chat mereka secepatnya karena saya sedang mengerjakan sesuatu yang cukup menyita atensi saya. Saya memilih untuk menundanya karena saya tidak ingin menjawab chat dengan balasan yang terkesan tidak niat. Sayangnya, kemudian saya lupa untuk membalas chat tersebut. Menyebalkan, bukan?
Saya juga masih sering lupa ulang tahun teman-teman saya ketika mereka ingat ulang tahun saya. Bukannya mencoba memberi pembenaran, tapi memang inilah kenyataannya. Saya tidak mudah menghafal tanggal lahir teman-teman saya. Sejak masuk SMA, terlalu banyak informasi yang masuk ke dalam kepala saya, sehingga tanggal lahir teman-teman menjadi tidak terlalu mudah diakses di memori saya. Namun, di saat saya ulang tahun, saya juga jadi sedih ketika teman yang saya anggap baik selama ini, ternyata tidak mengucapkan apa-apa. Terdengar egois, ya?
Ketika teman saya ingin cerita, beberapa kali saya bingung mau merespon seperti apa. Perlukah saya ikut-ikutan baper? Perlukah saya memberi saran yang comforting? Perlukah saya memberikan saran yang nyeleneh, sakit, menampar, tapi lebih memperluas pandangan? Atau, perlukah saya diam, karena saya percaya tidak semua orang yang bercerita ingin diberikan solusi. Sesederhana ingin cerita saja. Beberapa kali mungkin saya memberikan respon yang tidak sesuai di kondisi tertentu.
Masih banyak hal lain yang membuat saya bingung untuk menilai diri saya sebagai teman yang baik atau bukan. Saya juga tidak tahu bagaimana definisi a good friendship yang orang-orang katakan. Definisi yang dibuat tergantung bagaimana pengalaman mereka membentuk pemikiran mereka pula, kan?
Pada postingan kali ini, saya hanya ingin menyampaikan maaf kepada teman-teman saya. Untuk segala hal yang pernah saya perbuat atau tutur kata yang pernah menyakiti. Percayalah, saya tidak sempurna. Mohon maaf jika ekspektasi kalian terhadap saya sebagai teman, belum bisa saya penuhi. Sesungguhnya, saya mencoba untuk membahagiakan kalian juga. Saya ingin tetap berteman dengan kalian, bagaimana pun keadaannya.
Maaf jika belum bisa meluangkan waktu yang banyak untuk kalian. Semakin bertambahnya usia, saya sadar semua semakin punya kegiatan masing-masing, sibuk mengeksplor segala hal di sekitar saya, di sekitarmu, di sekitar kita. Saya berusaha menyeimbangkannya. Saya, kamu, kita, punya peran yang majemuk. Peran-peran tersebut memberi 'tugas' yang harus dipenuhi, kan?
Semoga kalian bisa memahami, ketika saya tidak bisa memenuhi sesuatu, bukan berarti saya tidak menganggap penting kalian lagi, tapi mungkin saya sedang memenuhi tugas saya pada peran yang lain. Semoga kalian selalu menjadi tempat saya 'pulang'.
Dan juga, semoga saya bisa memahami, ketika kalian tidak bisa memenuhi sesuatu, bukan berarti kalian tidak menganggap saya penting lagi, tapi mungkin kalian sedang memenuhi tugas kalian pada peran yang lain. Semoga saya juga selalu menjadi tempat kalian 'pulang'.
(postingan ini dibuat tanpa mengecek kembali alur pikiran dan pemilihan kata)
Comments
Post a Comment